Website

Belum punya website dan pengen punya website.
Sekali pesan langsung online dan langsung bisa dipakai.
Klik Disini

Pengikut

Bisnis Online

Ingin menambah penghasilan tanpa mengganggu pekerjaan utama Anda?
Kalau Anda berminat,pelajari selengkapnya Disini

Modal Kecil Hasil Besar

Ingin mendapatkan penghasilan 20 Jt/Bulan dengan modal hanya Rp 50.000,-.?
Klik Disini
Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Kamis, 04 Oktober 2012

postheadericon PRAMUKA PENGGALANG

Penggalang adalah sebuah tingkatan dalam pramuka setelah siaga. Biasanya anggota pramuka tingkat penggalang berusia dari 10-15 tahun. Tingkatan dalam Penggalang, memiliki beberapa tingkatan dalam golongannya, yaitu :
1. Ramu
2. Rakit
3. Terap
4. Penggalang Garuda

Tingkatan Penggalang juga memiliki Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kenaikan tingkat atau pendapatkan Tanda Kecapakan Khusus TKK Sistem Kelompok Satuan Terpisah Satuan terkecil dalam Penggalang disebut regu.
Setiap regu diketuai oleh seorang Pimpinan Regu (PINRU) yang bertanggung jawab penuh atas regunya tersebut. Dalam Gugus depan Penggalang yang dapat berisi lebih dari satu regu putra/putri, terdapat peserta didik yang bertugas mengkoordinir regu-regu tersebut, peserta didik itu disebut Pratama (untuk putra) atau Pratami (untuk putri). Regu dalam penggalang mempunyai nama-nama untuk mengidentifikasi regu tersebut. Nama Regu Putra diambil dari nama binatang, misalnya harimau, kobra, elang, kalajengking, dan sebagainya. Sedangkan nama regu putri diambil dari nama bunga, semisal anggrek, anyelir, mawar, melati.  

TRISATYA
Janji Pramuka Penggalang (Trisatya) berbeda dengan Siaga dan Penegak/Pandega. Berikut isi Trisatya Penggalang:  

TRISATYA
Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh sungguh:
  1. Menjalankan kewajibanku kepada Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan   mengamalkan Pancasila
  2. Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat
  3. Menepati Dasa Dharma  

DASADHARMA
Dasa Dharma adalah sepuluh janji seorang pramuka  

DASA DHARMA
Pramuka itu :
  1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Cinta alam dan kasih sayang kepada manusia
  3. Patriot yang sopan dan kesatria
  4. Patuh dan suka bermusyawarah
  5. Rela menolong dan tabah
  6. Rajin,terampil,dan gembira
  7. Hemat cermat dan bersahaja
  8. Disiplin,berani dan setia
  9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
  10. Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan

Macam – Macam Bentuk Kegiatan Pramuka Penggalang Kegiatan dalam tingkatan penggalang antara lain :
  1. Jambore ( baik tingkat Daerah, Nasional maupun Dunia)
  2. Lomba Tingkat, adalah pertemuan regu-regu Pramuka Penggalang dalam bentuk lomba kegiatan   kepramukaan. Lomba tingkat dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari tingkat gugusdepan (LT-I),   ranting (LT-II), cabang (LT-III), daerah (LT-IV), nasional (LT-V).
  3. Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru), adalah pertemuan Pramuka Penggalang bagi Pemimpin Regu Utama   (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru) dan Wakil Pemimpin Regu (Wapinru) yang bertujuan memberikan   pengetahuan dan pengalaman di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinru diselenggarakan oleh   gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang. Kwartir Daerah dan Kwartir Nasional dapat   menyelenggarakan Dianpinru apabila dipandang perlu.
  4. Penjelajahan (Wide Game), adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk mencari jejak   (orienteenering) dengan menggunakan tanda-tanda jejak, membuat peta, mencatat berbagai situasi dan   dibagi dalam pos-pos. Setiap pos berisi kegiatan keterampilan kepramukaan seperti morse/semaphore,   sandi, tali temali dan sejenisnya.
  5. Dalam membuat peta, pramuka penggalang memiliki teknik tersendiri seperti peta pita. Peta pita dibuat   oleh dua atau tiga orang yang biasanya mencatat posisi atau titik dari kompas bidik, kemudian orang yang   lain akan mencatat kondisi sekitar dalam sebuah meja jalan. Meja lanan sendiri berbentuk papan seukuran   kertas folio yang kemudian ditempel kertas yang digulung panjang
  6. Latihan Bersama, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dari dua atau lebih gugusdepan yang berada   dalam datu kwartir ranting atau kwartir cabang mapun kwartir daerah dengan tujuan untuk saling tukar   menukar pengalaman. Latihan gabungan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk lomba, seperti baris-   berbaris, PPPK, senam pramuka dan sejenisnya.
  7. Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penggalang yang dilaksanakan secara reguler, untuk    mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan. Perkemahan diselenggarakan dalam bentuk Persami   (Perkemahan Sabtu Minggu), Perjusami (Perkemahan Jum"at Sabtu Minggu), perkemahan liburan dan sejenisnya.
  8. Gelar (Demonstrasi) Kegiatan Penggalang, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk    keterampilan di hadapan masyarakat umum, seperti baris-berbaris, PPPK, gerak dan lagu, membuat    konstruksi sederhana dari tongkat/bambu dan tali (pioneering), dan sejenisnya.
  9. Pameran, adalah kegiatan yang memamerkan hasil karya Pramuka Penggalang kepada masyarakat.
  10. Darmawisata, adalah kegiatan wisata ke tempat tertentu, seperti museum, industri, tempat bersejarah,      dan sejenisnya.
  11. Pentas Seni Budaya, adalah kegiatan yang menampilkan kreasi seni budaya para Pramuka Penggalang.
  12. Karnaval, adalah kegiatan pawai yang menampilkan hasil kreatifitas Pramuka Penggalang.  

Riwayat Singkat Baden Powell
  1. Riwayat hidup Baden Powel Lahir tanggal 22 Pebruari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth.   Ayahnya bernama powell seorang Professor Geometry di Universitas Oxford, yang meninggal ketika   Stephenson masih kecil.
  2. Pengalaman Baden Powell yang berpengaruh pada kegiatan kepramukaan banyak sekali dan menarik   diantaranya :
  3. Pengalaman ini ditulis dalam buku “Aids To Scouting” yang merupakan petunjuk bagi Tentara muda     Inggris agar dapat melaksanakan tugas penyelidik dengan baik.
  4. William Smyth seorang pimpinan Boys Brigade di Inggris minta agar Baden Powell melatih anggotanya    sesuai dengan pengalaman beliau itu.
  5. Kemudian dipanggil 21 pemuda dari Boys Brigade di berbagai wilayah Inggris, diajak berkemah dan    berlatih di pulau Browns Sea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari.
  6. Tahun 1910 BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pada tahun 1912 menikah   dengan Ovale St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Beliau mendapat titel Lord dari Raja     George pada tahun 1929 Baden Powell meninggal tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
  • Karena ditinggal bapak sejak kecil, maka mendapatkan pembinaan watak ibunya.
  • Dari kakaknya mendapat latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olah raga dan lain-lainnya.
  •  Sifat Baden Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka main musik, bersandiwara, berolah raga,     mengarang dan menggambar sehingga disukai teman-temannya.
  •  Pengalaman di India sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak     kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
  •   Terkepung bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makan.
  •  Pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.

Ditulis Oleh : Rimbo Ady Baruna (Pentolan IKARA)
Kamis, 01 Desember 2011

postheadericon DIKLAT GABUNGAN

Diklat Gabungan antara Pengurus OSIS, Anggota Pramuka dan Anggota PMR yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 2 Ambulu di Camping Ground Cafe Gumitir Desa Garahan Jember adalah sebuah wujud kerjasama yang solid antara Pengurus OSIS, Pramuka dan PMR.
Selasa, 11 Oktober 2011

postheadericon Nilai Pendidikan Api Unggun dalam Pramuka dan Macam-Macam Api Unggun


Nilai pendidikan dari api unggun :
1. Mempererat persaudaraan.
2. Memupuk kerja sama (gotong Royong).
3. Menambah rasa keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Membuat suasana kegembiraan dan kebebasan.
5. Mengembangkan bakat.
6. Memupuk disiplin bagi pelaku dan penonton

Tata Cara Pelaksanaan Api Unggun
1. Syaratnya tempat diselenggarakannya api unggun ialah di medan terbuka, berupa lapangan yang cukup luas, tanahnya kering dengan permukaan rata.
2. Bila terdapat api unggun berupa lapangan yang berumput dan tumbuh dengan baik, maka pada tempat yang direncanakan sebagai tempat api unggun, rumputnya di pindahkan terlebih dahulu, untuk kemudian ditanam kembali sesudah api unggun selesai.
3. Sesudah api unggun selesai tidak boleh terlihat bekasnya. Adanya sisa kayu atau abu harus di pindahkan, tempat harus bersih kembali.
4. Tidak merusak lingkungan.

Api unggun dapat di ikuti oleh Pramuka Penggalang, Penegak dan Pandega, sedangkan Pramuka Siaga tidak diperbolehkan mengikuti Api unggun, karena :
a. Cuaca malam hari di udara terbuka sangat rawan bagi kesehatan anak usia siaga.
b. Anak usia siaga belum mampu mengendalikan diri sehingga sangat mengkhawatirkan bila mengikuti Api Unggun.
c. Kegiatan pengganti api unggun untuk anak siaga dapat dilaksanakan pada siang hari dalam bentuk Pesta Siaga, Panggung Gembira, Gerak Lagu dan sebagainya.

Macam-macam bentuk Api Unggun
1. Bentuk Piramid
a. Kayu disusun bentuk pyramid makin tinggi makin kecil
b. Piramid ada yang berbentuk segitiga ada yang berbentuk segi empat.
2. Bentuk Pagoda
Di tengah terdapat kayu besar yang dipancangkan, kayu lain disandarkan pada tonggak tersebut, tengah-tengah diberi kayu yang mudah terbakar.
3. Bentuk Pagoda Roboh
Kita atur ujung kayu bertemu di tengah-tengah. Di tempat pertemuan kayu diberi kayu-kayu kecil/sampah yang mudah terbakar. Bentuk Pagoda roboh dibuat bilamana bentuk dan panjang kayu tidak sama.
4. Bentuk Kursi
Bentuk api unggun seperti kursi dan kayunya diletakkan berjajar seperti kursi.
Cara membuat :
• Dua pancang kayu dipancangkan sejajar condong (45-60) derajat.
• Dua kayu lain diletakkan melintang diatasnya.

postheadericon Pramuka dan Karakter Bangsa


Banyak yang menilai, gerakan pramuka saat ini kurang diminati. Kegiatan yang ada dianggap ketinggalan zaman. Padahal secara prinsip, pendidikan kepramukaan memiliki tujuan yang luhur. Misalnya tujuan membentuk karakter kaum muda yang memiliki watak, kepribadian dan akhlak mulia. Tujuan itu, cukup relevan dengan fokus pembangunan karakter bangsa yang menjadi prioritas saat ini. Untuk itu, revitalisasi gerakan pramuka yang telah dicanangkan oleh Presiden sejak 14 Agustus 2006 layak didukung.
Selain tujuan diatas, gerakan ini bertujuan menanamkan semangat kebangsaan agar kaum muda cinta tanah air dan memiliki semangat bela negara. Disamping itu, bertujuan untuk membekali kaum muda dengan berbagai ketrampilan hidup (life skills). Tujuan ini mestinya dapat menjadi solusi atas fenomena negatif yang saat ini sering kita saksikan, misalnya tawuran, kekerasan di sekolah (bullying), narkoba, dan perilaku buruk lainnya.
Program diatas sejalan dengan pembangunan kepemudaan sesuai amanat UU Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Tujuan itu antara lain mewujudkan pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, dan demokratis. Tujuan lainnya adalah membentuk pemuda yang bertanggungjawab, berdaya saing serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan dan semangat kebangsaan.

Revitalisasi Pramuka
Gerakan Pramuka lahir berdasarkan Keppres No 238 tahun 1961. Secara institusi, sebenarnya dilihat dari jumlah peserta didik sebanyak 16.374.299 (2008), gerakan kepanduan ini dianggap sebagai yang terbesar di dunia. Jumlah satuan pendidikan (gugus depan), 275.048 dan jumlah pendidik sebanyak 536.908 orang.
Tujuan revitalisasi pramuka adalah memperkuat organisasi Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya badan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi gerakan yakni dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. Dalam lingkup program ini, yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan fungsi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di gugus depan dan satuan karya (saka). Dalam aspek ini, yang perlu dilakukan adalah penyempurnaan terhadap lima unsur yang terkait pendidikan, yaitu aspek materi, metoda, peserta didik, pendidik serta sarana dan prasarana.

Membangun Karakter

Sering kita mendengar kritik bahwa bangsa ini dianggap kurang memiliki karakter. Budaya gotong royong, kebersamaan, gigih, keramahtamahan dan seterusnya yang dulu kita dengar dalam pelajaran di sekolah makin sulit kita temukan dalam kenyataan. Sebaliknya, yang muncul dipermukaan adalah fenomena-fenomena negatif. Kekerasan, amuk massa, kericuhan, korupsi, dan seterusnya makin menambah buram wajah bangsa.
Oleh karena itulah, kini perlu dilakukan revitalisasi pembangunan karakter bangsa. Karakter yang diharapkan sesuai amanat UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 adalah karakter tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, dan bertoleran. Selanjutnya adalah karakter bergotong-royong, patriotik, dinamis dan berbudaya dan berorientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaum muda sebagai pewaris negeri harus mewarisi karakter diatas.
Untuk mewujudkannya, misalnya dapat melalui aktifitas dalam Gerakan Pramuka. Metoda pendidikan kepramukaan adalah proses belajar mengajar yang interaktif dan progresif yang sering menggunakan istilah APK2-T, yaitu dilaksanakan di alam terbuka dalam bentuk permainan yang menantang, menarik dan menyenangkan. Proses ini dilakukan secara berkelompok dalam satuan terpisah, bersifat kompetitif dan menerapkan sistem tanda kecakapan.
Dalam konteks pembangunan karakter bangsa diatas, Gerakan Pramuka juga memiliki Dasa Darma Pramuka. Prinsip itu mengandung 10 nilai yang patut dipraktekkan, yaitu takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan ksatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, trampil dan gembira. Nilai-nilai selanjutnya yaitu hemat, cermat dan bersahaja, disiplin, berani dan setia, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, serta suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Prinsip-prinsip diatas secara normatif memang baik dan mulia. Namun dalam rangka revitalisasi Gerakan Pramuka diatas, selain upaya mendorong agar segera dilakukan pembahasan terhadap RUU Gerakan Pramuka, perlu pula dilakukan langkah-langkah yang lebih berani dan progresif. Misalnya bisa melalui perubahan logo atau simbol sebagai bagian dalam penyegaran dan penguatan branding, pelibatan sebanyak mungkin komponen muda dalam pengurus ditingkat pusat (Kwarnas), atau bisa pula dengan memilih beberapa public figure yang terpercaya untuk menjadi duta Pramuka.
Salam Pramuka !
Sabtu, 01 Oktober 2011

postheadericon AWAL KEPRAMUKAAN DI INDONESIA

Masa Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.

Organisasi Kepramukaan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah "Javaanse Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.

Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).

PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.

Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon

"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.

Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepramukaan menga-dakan konfersensi di Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.

Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia

Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.

Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen P dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".

Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA


Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).

Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.

Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :

1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA

2. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.

3. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.

4. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.

Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Sabtu, 06 Agustus 2011

postheadericon Arwapada Oh.....Arwapada

Arwapada adalah kepanjangan dari Arek-arek Jl. Watu Ulo Pramuka SMP Negeri 2 Ambulu. Yang artinya bahwa Basecamp Arwapada ada di SMP Negeri 2 Ambulu yang terletak di Jl. Watu Ulo No. 57 Ambulu.
Perintis pertama Arwapada adalah Kak Suhari, S.Pd bersama dengan Kak Nur Rohman, S.Pd. Mereka berdua berjuang keras sejak awal berdirinya Arwapada. Prestasi demi prestasi mereka ukir. Baik tingkat kecamatan, kabupaten bahkan yang menggembirakan pada tahun 2010, Arwapada menjadi juara III Lomba Perkemahan Pramuka Penggalang (LPPP) ke XII di Yon Zipur 5 Kepanjen Malang. Sungguh sesuatu yang sangat menggembirakan.
Tetaplah berjuang adik-adikku. Kobarkan semangatmu dan terus ukir prestasimu.

PUNGGAWA ARWAPADA

PUNGGAWA ARWAPADA
Bin Gudep, Pembina Pelatih, Pembina OSIS

About Me

Fajar Wijaya
Lihat profil lengkapku

Postingan Populer